Jumat, 24 April 2009

Idung, Kartul, Memang sesuatu bangetttttttttt.

Sesuatu.

Apa itu sesuatu?



"Sesuatu adalah waktu lu ulang taun yang ke 18 dan ada jerawat segede Melon Afrika di puncang idung lu." 


Sejak gua punya blog, ini adalah pertama kalinya gua memakai Quote.

Gua masih heran, kenapa temen2 banyak banget yang suka memprotes bentuk idung gua. Sebenernya idung gua emang bentuknya rada beda. Ada sebuah garis yang membujur di antara lubang hidung gua. Gua ga ngerti asal belahan ini darimana. Pas gua baru borojol dulu sih seinget gua ga ada belahan da di situ teh. Tapi jujur aja gua merasa makin bertambah usia gua, garis ini makin aja terlihat.

Gua tekankan, gua ga pernah mengoperasi idung gua. Bahkan ada beberapa oknum yang  menuduh gua menanam silikon di idung.
Plis yah.
BUAT APA GUA NANEM SILIKON DI IDUNG ????
Idung gua ga pesek ko.
#bangga

Selaen dari garis belahan itu, Bagian bawah idung gua emang sedikit lebih naek. Tapi menurut gua sih masih manusiawi aja ko. Nih perbandingan bentuk idung gua.



Tah ga beda jauh kan sebenernya mah ama idung orang biasa?
Idung gua mah masih kategori normal. Akuilah, manteman.

Jadi tolong lah *gaya tecong* jangan menghina idung hoki ini.
wuakakakakakaka.

Oh iya btw tau ga sih lo kenapa gua lama banget ga nge blog ??
Ini juga sesuatu banget loh manteman.
Huahahhahahaha.
Hari ini, tepatnya sekitar setengah jam yang lalu, gua telah selesai membuat kartul.
SESUATU BANGET GAG SIH???

Tau kartul ga manteman? Ga tau? Balik aja lu ke TK.
wuaaka, canda.

Jadi, Kartul adalah akronim dari Karya Tulis yang berarti segala jenis karya yang diciptakan manusia dalam bentuk tulisan yang telah menyebabkan seorang siswi kelas 12 SMA mengalami kesibukan yang luar biasa sehingga dalam beberapa minggu tidak sempat  ngeblog dengan jongjon.
Bahasa gua memang cakep.

Intinya: Gua sangat sangat membenci tugas ocret yang telah diembankan kepada kami putra-dan putri bangsa ini. Wuakaka. putra-putri bangsa ga boleh males yah, adek2 =) =)

Tugas ini bener2 bikin gua pusing, cape ngetik, bahkan memaksa gua menggunakan bakat terpendam gua yaitu mengarang bebas.
Dan sebenernya gua ga ngerti, buat apa sih ini kartul. Sebagai penulisnya, jujur aja menurut gua isinya ga menarik. Siapa yang mau baca coba. Kayanya yang baca cuma si penguji, penulis sendiri, dan beberapa murid malang yang akan mengembang tugas kartul ocret ini taun depan. Terus. Menurut gua sih. Tugas ini. Semacem pemborosan kertas.

Di sekolah gua diajarin buat melakukan penghematan sumber daya, mencegah polusi dan blablablabla.
Tapi mereka malah membrikan tugas kampret ini. Gila. Gua sendiri uda menghabiskan lebih dari 300 lembar kertas buat bikin kartul ini. Coba kita itung. Jumlah murid kelas 12 yang harus bikin kartul teh sekitar 270an.

270 x 300 = 81.000 lembar tersia-siakan buat kartul, manteman. Salah itung ga sih gua? Anggap aja bener.
Pikirkan perasaan jutaan pohon yang telah mengorbankan nyawa mereka.
Mereka mati muda. BUAT KITA JADIIN KARTUL ?
#PrayForPohon

Yah tapi berhubung kartul gua uda beres, jadi yasudahlah B-)
Gua memang bertekad nyelesain tugas kampret ini sebelum sincia. Jadi nanti gua bisa jongon berburu.
Wuakakaka.

Dengan demikian, gua sudah terlepas dari belenggu kartul. Selanjutnya, gua masih harus mikirin serentetan try out UN yang tidak kalah kampret dengan tugas kartul.

Nah sekian dulu deh ah. Gua semacem ngantuk dan laper. Galau abis ini mau ke dapur ato ke kamar aja yah.=.="
Jadi gua off dulu atuh yah.
Selamat subuh........ :* wuakakakak

Jumat, 17 April 2009

Bismillah.., Dengan nama-Mu Yaa Rohim...



Hujan deras mengguyur kotaku sedari tadi. Padalah siang barulah berjalan separuhnya. Rasanya alam sedang tak berkompromi dengan perutku yang lapar melilit tak karuan. Dari pagi belum terisi makanan apapun selain kopi sisa semalam dan satu gelas lagi traktiran teman. Ahhh…seandainya aku bisa memilih ditraktir apa dan dimana.. Tapi selain itu tak sopan, mana boleh juga menolak rejeki..,mungkin inilah rejekiku hari ini. Aku sungguh malu sekali…tak ada yang bisa kubagi hari ini.
Rasanya kalau tak ingat malu, aku ingin berlari meninggalkan kota ini. Kalau aku tak punya mimpi..mungkin dari dulu aku sudah kalah. Tapi aku merasa ada banyak hal yang belum aku selesaikan. Ada dosa-dosa menggunung yang masih harus kumintakan ampunan. Ada mimpi-mimpi yang menari-nari di setiap malamku. Ada hati yang harus kujaga dan kuperjuangkan. Ada kebanggaan yang ingin kujunjung di semua alamku. Agar terhenti semua tawa yang menghina. Agar ku genggam erat semua tangan yang merangkulku.
Masih ingat saat aku menginjakkan kakiku ke tempat ini. Hanya sebuah koper tua warisan ayahanda. Lorong yang dikanan kirinya pintu kamar berhias lampu kuno menambah tua bangunan yang kini menjadi sesuatu yang kusebut rumah. Bau aneh yang tidak bisa kudefinisikan dulu, kini bahkan tak kurasakan lagi. Hidung ini sudah terbiasa rupanya. Bahkan nyamuk-nyamuk yang dulu berebut darahku, kini juga merasa prihatin dengan badanku yang semakin kurus kering. Atau darahku tak lagi manis?? Terlalu banyak berlauk ikan asin. Ahh…,nyamuk itu pun kasiani aku. Sungguh sial aku..! Suatu waktu pernah kuteriaki para nyamuk itu. Tentu saja saat aku lagi baik hati.. “Muk..nyamuk…!!cepatlah makan darahku saja saat ini, nanti kalian akan merinduku. Karena saat aku sukses dan gemuk lagi.. akan kutinggalkan tempat ini.. !!”
Sudah lupa aku berapa lama angan-angan hanya sekedar rencana.. sampai aku mengenal seseorang. Tubuh kurus kering yang mengenaskan dari pada tubuhku yang juga kurus itu. Bukan berasal dari kurang makan atau kehabisan dana. Itu hasil terlalu berfikir.. manusia mana tak habis badan jika semua beban hati ditelan sendiri? Aku saja tak sanggup membayangkan. Mungkin aku sudah meledak seperti tabung gas LPG 3 Kg yang sekarang marak diberitakan. Tapi tubuh cekingnya itu bertolak belakang dengan gayanya yang gesit. Macam lalat yang seakan punya tiga nyawa. Sungguh menipu..
Hari ini dia bangun lebih pagi dari biasanya. “Nyari rejeki ekstra bos!” katanya seakan menjawab pertanyaanku yang tak keluar dari kepalaku. Mungkin pandangan mata heranku sudah cukup merupakan pertanyaan. “hmm…” aku tersenyum berbasa-basi membalasnya. “Sumanto!” masih kuingat waktu setengah tahun yang lalu dia datang ke tempat ini. Tas ransel doreng mirip tas-tas tentara di punggungnya. Nampak sangat terlalu berat untuk ukuran tubuhnya. Tentu dia bukan kanibal meski namanya mirip. Bahkan dia sepertinya vegetarian. Belum pernah kulihat dia makan nasi berlauk ikan ato daging. Hanya tempe ato tahu… laen hal… jika ikan teri itu juga digolongkan daging.
Jauh setelah hari hujan itu, saat aku sadar bahwa Sumanto bukan seorang vegetarian. Itu karena beberapa kali dia mengoleh-olehi aku daging ayam. Sampai pikiran iriku hampir mengatakan bahwa Sumanto yang kukenal ini sama dengan Sumanto si kanibal itu. Masalahnya tubuhnya jauh lebih gemuk..dan senyumya lebih mengembang karena pipinya lebih gembul. Bukankah antara lain karena dia sudah makan daging??! Ahh..tentu saja itu karena pikiran burukku saja.. Hari itu hari saat aku sedang memperbarui rencana masa depanku. Aku sedang menyusun strategi baru. Karena strategi yang lalu sudah usang tidak mungkin dilaksanakan karena waktunya sudah tidak tepat. Sudah kadaluarsa alias karatan. Makanya aku pikir..perlu rencana baru yang lebih modern.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk seseorang.. Tas ransel doreng menjulang disangga bahu kekar.. itu Sumanto. “Ada apa? Kau mau kemana?” tanyaku langsung.. “Aku mau pamit bos.. mau pindah, Alhamdulillah.. Aku sudah nyicil rumah” jawabnya santun dengan senyum ramah. “Alhamdulillah…kapan kau mulai tempati rumahmu itu To?” tanyaku lagi.. “Besok bos, barangku tak banyak juga. Cuma baju dan radio tua, aku kesini mau pamitan bos..” katanya malu-malu. “Knapa mendadak To..?”, “Gak mendadak bos, sebenarnya sudah lama aku kepengen pindah dari tempat ini”. “Hebat kau To.. selamat ya?!” “hihihi…macam apa dikasih selamat bos.. tapi terima kasih jugalah aku bos” “Ternyata kau lebih dulu meninggalkan tempat ini To.., aku harap aku segera menyusulmu meninggalkan tempat ini.” “Bos pati bisa lah.. malah akukan yang ngajari juga bos..” “Ngajari bagaimana to To?” tanyaku semakin penasaran. “Ya..bos kan yang ngajari aku untuk selalu bermimpi.. Untuk selalu memupuk mimpi-mimpi kita bos..” lama aku terdiam… bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku semakin tak mengerti..apa yang beda antara aku dan Sumanto. Kami sama-sama bermimpi.. tapi … ahh… aku tak mengerti. “Sudah ya bos.. aku pamit dulu.. aku masih akan sering ke sini kok bos.., aku tentu saja tak akan lupa tempat ini. Apalagi sama bos!” ** hening.. kami bersalaman..
Saat tubuhnya memunggungiku.. kuberanikan mulutku bertanya pada orang ini, pada orang yang secara pendidikan formal tak jauh lebih tinggi dari aku.. pada orang yang selalu memanggilku bos. “To..apa yang kurang dari mimpiku???” tanyaku hampir berteriak. Langkahnya terhenti dan dia membalikkan tubuhnya menghadapku. “Aku tak tahu bos.. saat bos mengajariku bermimpi.. aku hanya menurut saja. Aku mimpi setinggi yang aku inginkan. Lalu setiap pagi saat aku bangun tidur.. Aku ucapkan ‘Bismillahirrahmanirrahim…dengan Nama Mu Ya Rahim.. ijinkan aku mewujudkan mimpi-mimpiku hari ini..’”, begitu saja bos…
Aku mengangguk.. kuangkat jempol kananku padanya.. lalu kubilang “Tunggu aku kawan! Aku akan berlari wujudkan mimpiku”. Hari itu setelah kulihat dia pergi.. kuambil wudhu.. lalu setelah sholat kuraih ranselku. Aku tak jadi mengatur rencana baru. Aku hanya perlu menjalankan mimpiku.. Bismillah.., dengan nama-Mu Yaa Rohim..
The End..
** inspired oleh sebuah lagu
Hidup ini.. sederhana, berani bermimpi.. lalu mewujudkannya.. -