Minggu, 14 Agustus 2011

Saat Aku Mingunggg Menulis Statuss FB Q.... .. .



Kemana perginya semua kata? Seakan pergi menguap begitu saja saat ingin kuucap. Setahuku aku tak punya riwayat bisu. Yang pasti aku sudah mencoba menyusunnya. Setiap hari disetiap waktu aku memikirkannya. Menyusun indah kata-kata. Yang lugas! Ataupun berbunga-bunga. Tapi begitu banyak hal…begitu banyak pertimbangan. Banyak sekali pukulan-pukulan dari nurani untuk enggan menuliskan sajak-sajak itu. Tapi hatiku mendorong tanpa ampun untuk mengungkapkan dengan jujur. Keduanya tak kusetujui..keduanya tak kumengerti.. aku bingung minta ampun.
Aku menahan mual saat diam memikirkannya di senggang-senggang waktuku. Aku marah di saat aku harusnya memikirkan hal-hal lain. Aku berlari setiap aku tak tahan untuk mengucapkannya. Semua kata berkelebat dengan hebatnya.. susunan huruf yang menyerangku tanpa ampun. Semua kalimat ingin kumuntahkan. Jari-jari tanganku tak tahan untuk menuliskannya. Hatiku seringkali sudah siap atas semua yang akan terjadi jika semua membacanya, lalu menuangkan komentarnya. Tapi aku malah tak tahu dari mana memulainya. Sangat menakjubkan tatkala aku sadar bahwa semua kata tak akan mampu mewakili segala yang ada. Tak akan habis kata keluar dari mulutku. Tak akan habis fikir aku menyusunnya.
Sungguh aku kehabisan akal meredam semua yang ingin kutuliskan. Sering aku menyerah lalu kutulis saja lirik-lirik lagu. Biar kita semua bernyanyi. Biar kita hanyut dalam nada. Mungkin akan sudi kau iringi dengan tarianmu. Temani aku belajar bahasa-bahasa.. Bagaimana menyusunnya... Dan memberi keberanian padaku untuk menuliskannya lagi…
Setelah hari itu, saat sign in ke FB, aku hanya lihat status-status itu..lalu aku sign out lagi. Hhh…menambah banyak rangkaian-rangkaian kata yang protes minta disusun lagi.
-Cerita orang yang ga lagi punya ide status untuk FB-nya..Hahahahha…-
Hiah..!!! jadi nglindur! Sign out ahh,…

Selasa, 09 Agustus 2011

Q Lintasi semesta



Bau solar ini sangat menyengat. Goncangan bus semakin mengocok perutku. Sekarang aku hanya bisa mengutuki diriku sendiri, menyesal mengisi perutku hanya dengan secangkir kopi pagi ini. Matahari pagi ini juga terik. Menyeruak seakan marah menembus kaca bus. Kutarik tirai yang berwarna merah maroon, warna yang tak biasa untuk ukuran bus ekonomi (begitu pikirku). Bus berhenti di lampu merah, dan kulihat seorang pedagang asongan naik. Bukannya segera menjajakan dagangannya, tapi malah duduk di bangku yang kosong.
Sepagi ini wajahmu telah lelah
Jiwa tak boleh goyah
Ayo terus langkah
Tendang keluh kesah
Bukan saatnya menyerah
Ingin kukatakan narasi ini padanya, ahh..tapi apa ya dia mengerti? Aku tertawa sendiri. Lalu kembali gelisah..ini bus lama sekali. Kulihat jam yang ada di HP-ku, dan pada saat itu pula HP itu bergetar. 1 message received, kubuka dan kubaca.
kau sampai mana? Kira-kira nyampai jam berapa?
Sedikit panik aku mengetuk-ngetuk kakiku. Mengetik sort message setelah menekan tombol reply. Belum sampai satu kalimat kuhapus lagi semua yang sudah aku tulis. Mengetuk-ngetukkan tanganku ke pangkuanku sendiri sekarang. Berpikir apa yang harus kukatakan atas keterlambatanku kali ini. Ahh…sekarang tak hanya perutku yang ku kutuki, tapi ini juga. Kuputuskan untuk menelpon saja.. agak ragu aku memencet nomor yang tadi mengnirimiku sms. Nada sambung…dan akhirnya diangkat. “hallo,kau dimana?” kata suara disana kepadaku. “Dengar..sepertinya aku harus jujur padamu. Aku terjebak macet. Dan sekarang masih di dalam bus menuju kesana. Kau marah?” tanyaku tak lebih dari harapan. “Kau tenang saja, pastikan saja kau datang tepat waktu. Semua tergantung dirimu sendiri. Oke?” “aku mengerti maksudmu, aku berusaha.. dan sekarang aku hanya bisa berharap Tuhan memberiku sedikit waktu” kututup teleponku tanpa berpamitan. Aku tahu tak akan ada yang tersinggung dengan itu. Kami sudah terbiasa seperti itu. Apalagi dalam keadaan gusar seperti ini.
Waktu..
Hentilah sejenak untukku
Beri aku ruangmu
Demi itu…
Bus sudah lepas dai kemacetan. Tapi hatiku tak mau berhenti berdetak galau. Tuhan..tolong aku… (aku berdo’a lirih hampir terdengar samar). Penumpang disampingku keliatan ikut tak nyaman melihat keresahan yang tampak olehku. Kulihat keinginannya untuk mengajakku berbicara. Tapi aku mengelak dengan membuang pandanganku keluar jendela. Maaf..aku sedang tak ingin mengobrol. Aku hanya akan terdengar konyol dalam keadaan marah karena frustasi semacam ini. Kenek bus meneriakkan nama sebuah terminal. Aku terhenyak bangkit dan langsung bersiap di pintu keluar.
Jangan!
Jangan pergi dulu.
Ini aku
Berlari mengejarmu
Berhenti disitu.
Hentikan sejenak langkahmu
Samakan dengan langkahku
Begitu bus berhenti, aku segera berhambur turun dan berlari menuju depan peron terminal. Kupencet tombol redial di HP-ku. Langsung diangkat.. “Aku sampai” aku menyela sebelum orang diseberang sana bicara. “hampir telat” katanya. “tapi aku tidak telat kali ini” jawabku bangga terlebih lega. “Tak semudah itu, kau harus lebih baik dari itu” katanya, “Maksudmu?” tanyaku mulai tak sabar dan mulai marah. “Sabar..bukankah kita sudah sepakat?” tanyanya tak memerlukan jawaban. “Kita tak pernah menyepakati apapun” jawabku protes dan emosi. “ Kesepakatan tak harus di ucapkan kan? Dan kau bilang kau harus mendapatkan ini” aku tak tau ini pertanyaan atau pernyataan untukku. “Sudahlah! Katakan saja maumu. Lalu kita selesaikan” kataku hampir berteriak. “Kenapa kau lakukan ini?”tanyanya sedikit rapuh. “Aku tak punya alasan” jawabku. “Kau harus punya” jawabnya tak mau kalah. “ Akan kukatakan kalau kau menemuiku disini. Sekarang!!” aku sangat kesal dan marah, hampir kubanting HP di genggamanaku. Terdengar hening di seberang sana..beberapa saat kami tak saling bicara. Aku mulai menguasai keadaan. Lalu bertanya padanya..”Kenapa?” “Aku tak tahu” jawabnya. “Begini saja…” tut..tut..tut… nada terputus. Tak terdengar apapun dari benda sialan ditanganku itu. Kupencet radial lagi. Tak ada nada sambung, yang terdengar hanya rekaman suara menyebalkan operator yang memberi tahu untuk menghubungi nomor itu beberapa saat lagi. Aku mencari sandaran.. lama tatapanku kosong. Lalu kuketik sort message :
Kita sama tahu semua sudah berubah. Kita tak perlu alasan apapun. Aku disini tak kemana. Kembali kesini dan hadapi semua. Kau tahu harus mencariku kemana
Message sent….
-The End-
NB:-Terinspirasi atas lembar ucapan terima kasih dari novel karangan Tamara Geraldine yang juga pernah kudengar dari seorang sahabatku. “kadang mengejar tujuan adalah dengan jalan berlari pulang” .
-Mungkin aku tak akan menemukan apapun disana, tapi disanalah aku mulai bermimpi..dan berharap disanalah kutemukan sisa mimpi-mimpiku.