Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.
Di Indonesia, ikan mas memiliki
beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau
nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.
Ikan mas merupakan
jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan
lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina.
Di Indonesia ikan mas mulai
dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia
merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan
Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di
Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Menurut Djoko Suseno (2000), di
Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan
Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat
penting.
Sementara itu, menurut R.O
Ardiwinata, (1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga
awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper
diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada
pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan
kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari
ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh
disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper
di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20,
terutama sesudah terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian
Pertanian” (Kemakmuran) saat itu.
Dari Jawa, ikan karper kemudian
dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya
dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah
Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan
Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan
Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan
karper dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia (karper gajah) dan
kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis Frankisia (karper
kaca). Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat
digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya
sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang
sudah berkembang di Indonesia sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang
dikemukakan Djoko Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras
Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman
dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras
yamato dan ras koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor
tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena
berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia
sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.
Ikan mas menyukai tempat hidup
(habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan
alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau.
Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di
atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong
ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau
muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis
omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik
yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi
perairan.
Kandungan Gizi Ikan Mas
Protein 16.0 g
Lemak 2.0 g
Kalsium 20 mg
Fosfor 150 mg
Besi 2.0 mg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar