Jumat, 30 Desember 2011

Cute Fashion Model Suri Cruise

Cruise first debuted in a major movie in Francis Ford Coppola's film The Outsiders, released in March 1983. His first leading role was in the film Risky Business, which was released in August 1983. After playing the role of a heroic naval pilot in the popular and financially successful 1986 film Top Gun, Cruise continued in this vein, playing a secret agent in a series of Mission: Impossible action films in the 1990s and 2000s.



 Suri Cruise
Suri Cruise Wallpaper

Suri Cruise Photo
Cute Fashion Model Suri Cruise
Cruise first debuted in a major movie in Francis Ford Coppola's film The Outsiders, released in March 1983. His first leading role was in the film Risky Business, which was released in August 1983. After playing the role of a heroic naval pilot in the popular and financially successful 1986 film Top Gun, Cruise continued in this vein, playing a secret agent in a series of Mission: Impossible action films in the 1990s and 2000s.

Rabu, 28 Desember 2011

Fashion Accessory

Fashion Accessory
Fashion accessories are decorative items that supplement and complement clothes, such as jewelry, gloves, handbags, hats, belts, scarves, watches, sunglasses, pins, stockings, bow ties, leg warmers, leggings, neckties, suspenders, and tights.

Fashion Accessory

Bangles

Fashion Trends

Fashion Accessory
Fashion accessories are decorative items that supplement and complement clothes, such as jewelry, gloves, handbags, hats, belts, scarves, watches, sunglasses, pins, stockings, bow ties, leg warmers, leggings, neckties, suspenders, and tights.

Selasa, 06 Desember 2011

Fashion 2011

Mona Lisa has a well known name in the fashion industry. She is also a actress. Mona Lisa did this year modeling for Deepak Perwani lawn year 2011.


Fashion 2011

Spring Fashion

Fashion Hair Style
Fashion 2011
Mona Lisa has a well known name in the fashion industry. She is also a actress. Mona Lisa did this year modeling for Deepak Perwani lawn year 2011.

Senin, 05 Desember 2011

Chines Fashion

Chinese civil or military officials used a variety of codes to show their rank and position. The most recognized is the Mandarin square or rank badge. Another code was also the use of colorful hat knobs fixed on the top of their hats. The specific hat knob on one's hat determined one's rank. As there were twelve types of hat knobs representing the nine distinctive ranks of the civil or military position. Variations existed for Ming official headwear.


Chines Fashion

Chines Fashion week

Chines fashion magzine
Chines Fashion
Chinese civil or military officials used a variety of codes to show their rank and position. The most recognized is the Mandarin square or rank badge. Another code was also the use of colorful hat knobs fixed on the top of their hats. The specific hat knob on one's hat determined one's rank. As there were twelve types of hat knobs representing the nine distinctive ranks of the civil or military position. Variations existed for Ming official headwear.

Rabu, 02 November 2011

Ding Dong the King is Dead!

That's right; the Red Devils snuffed the Lich King! Actually, this was our second kill - the first having occurred while I was on vacation. We had cleared up to LK each week since that first kill, but either failed to down him, or never managed to get another group together. This time, all the planets were properly aligned and we assembled a group with the sole intent of killing the Lich King.


It wasn't a one-shot, not at all. But it was very impressive and inspiring to see each of our attempts go significantly better as our team pulled together and finally executed a perfect kill! I am confident that the Red Devils will continue into Cataclysm as a successful raiding guild.


On a more personal note, I managed to achieve 100,000 kills just before the release of Patch 4.0! This was a milestone in my PvP career and as it turns out, a very timely one. Patch 4.0 has not been kind to hunters in terms of PvP. While hunters have not generally been a feared class since "vanilla" WoW, this latest version has made us extraordinarily easy to kill. The switch from large mana pools to the much smaller focus with its very limited regeneration has rendered us toothless in PvP. Blizzard seems to be confident that balance will be restored with our new abilities at the 85 level cap, but they have been so wrong so often that we hunters are highly skeptical. Most posts on the current beta seem to confirm we have good reason to be. Perhaps it is time to dust off my druid and learn to play all over again?

Minggu, 14 Agustus 2011

Saat Aku Mingunggg Menulis Statuss FB Q.... .. .



Kemana perginya semua kata? Seakan pergi menguap begitu saja saat ingin kuucap. Setahuku aku tak punya riwayat bisu. Yang pasti aku sudah mencoba menyusunnya. Setiap hari disetiap waktu aku memikirkannya. Menyusun indah kata-kata. Yang lugas! Ataupun berbunga-bunga. Tapi begitu banyak hal…begitu banyak pertimbangan. Banyak sekali pukulan-pukulan dari nurani untuk enggan menuliskan sajak-sajak itu. Tapi hatiku mendorong tanpa ampun untuk mengungkapkan dengan jujur. Keduanya tak kusetujui..keduanya tak kumengerti.. aku bingung minta ampun.
Aku menahan mual saat diam memikirkannya di senggang-senggang waktuku. Aku marah di saat aku harusnya memikirkan hal-hal lain. Aku berlari setiap aku tak tahan untuk mengucapkannya. Semua kata berkelebat dengan hebatnya.. susunan huruf yang menyerangku tanpa ampun. Semua kalimat ingin kumuntahkan. Jari-jari tanganku tak tahan untuk menuliskannya. Hatiku seringkali sudah siap atas semua yang akan terjadi jika semua membacanya, lalu menuangkan komentarnya. Tapi aku malah tak tahu dari mana memulainya. Sangat menakjubkan tatkala aku sadar bahwa semua kata tak akan mampu mewakili segala yang ada. Tak akan habis kata keluar dari mulutku. Tak akan habis fikir aku menyusunnya.
Sungguh aku kehabisan akal meredam semua yang ingin kutuliskan. Sering aku menyerah lalu kutulis saja lirik-lirik lagu. Biar kita semua bernyanyi. Biar kita hanyut dalam nada. Mungkin akan sudi kau iringi dengan tarianmu. Temani aku belajar bahasa-bahasa.. Bagaimana menyusunnya... Dan memberi keberanian padaku untuk menuliskannya lagi…
Setelah hari itu, saat sign in ke FB, aku hanya lihat status-status itu..lalu aku sign out lagi. Hhh…menambah banyak rangkaian-rangkaian kata yang protes minta disusun lagi.
-Cerita orang yang ga lagi punya ide status untuk FB-nya..Hahahahha…-
Hiah..!!! jadi nglindur! Sign out ahh,…

Selasa, 09 Agustus 2011

Q Lintasi semesta



Bau solar ini sangat menyengat. Goncangan bus semakin mengocok perutku. Sekarang aku hanya bisa mengutuki diriku sendiri, menyesal mengisi perutku hanya dengan secangkir kopi pagi ini. Matahari pagi ini juga terik. Menyeruak seakan marah menembus kaca bus. Kutarik tirai yang berwarna merah maroon, warna yang tak biasa untuk ukuran bus ekonomi (begitu pikirku). Bus berhenti di lampu merah, dan kulihat seorang pedagang asongan naik. Bukannya segera menjajakan dagangannya, tapi malah duduk di bangku yang kosong.
Sepagi ini wajahmu telah lelah
Jiwa tak boleh goyah
Ayo terus langkah
Tendang keluh kesah
Bukan saatnya menyerah
Ingin kukatakan narasi ini padanya, ahh..tapi apa ya dia mengerti? Aku tertawa sendiri. Lalu kembali gelisah..ini bus lama sekali. Kulihat jam yang ada di HP-ku, dan pada saat itu pula HP itu bergetar. 1 message received, kubuka dan kubaca.
kau sampai mana? Kira-kira nyampai jam berapa?
Sedikit panik aku mengetuk-ngetuk kakiku. Mengetik sort message setelah menekan tombol reply. Belum sampai satu kalimat kuhapus lagi semua yang sudah aku tulis. Mengetuk-ngetukkan tanganku ke pangkuanku sendiri sekarang. Berpikir apa yang harus kukatakan atas keterlambatanku kali ini. Ahh…sekarang tak hanya perutku yang ku kutuki, tapi ini juga. Kuputuskan untuk menelpon saja.. agak ragu aku memencet nomor yang tadi mengnirimiku sms. Nada sambung…dan akhirnya diangkat. “hallo,kau dimana?” kata suara disana kepadaku. “Dengar..sepertinya aku harus jujur padamu. Aku terjebak macet. Dan sekarang masih di dalam bus menuju kesana. Kau marah?” tanyaku tak lebih dari harapan. “Kau tenang saja, pastikan saja kau datang tepat waktu. Semua tergantung dirimu sendiri. Oke?” “aku mengerti maksudmu, aku berusaha.. dan sekarang aku hanya bisa berharap Tuhan memberiku sedikit waktu” kututup teleponku tanpa berpamitan. Aku tahu tak akan ada yang tersinggung dengan itu. Kami sudah terbiasa seperti itu. Apalagi dalam keadaan gusar seperti ini.
Waktu..
Hentilah sejenak untukku
Beri aku ruangmu
Demi itu…
Bus sudah lepas dai kemacetan. Tapi hatiku tak mau berhenti berdetak galau. Tuhan..tolong aku… (aku berdo’a lirih hampir terdengar samar). Penumpang disampingku keliatan ikut tak nyaman melihat keresahan yang tampak olehku. Kulihat keinginannya untuk mengajakku berbicara. Tapi aku mengelak dengan membuang pandanganku keluar jendela. Maaf..aku sedang tak ingin mengobrol. Aku hanya akan terdengar konyol dalam keadaan marah karena frustasi semacam ini. Kenek bus meneriakkan nama sebuah terminal. Aku terhenyak bangkit dan langsung bersiap di pintu keluar.
Jangan!
Jangan pergi dulu.
Ini aku
Berlari mengejarmu
Berhenti disitu.
Hentikan sejenak langkahmu
Samakan dengan langkahku
Begitu bus berhenti, aku segera berhambur turun dan berlari menuju depan peron terminal. Kupencet tombol redial di HP-ku. Langsung diangkat.. “Aku sampai” aku menyela sebelum orang diseberang sana bicara. “hampir telat” katanya. “tapi aku tidak telat kali ini” jawabku bangga terlebih lega. “Tak semudah itu, kau harus lebih baik dari itu” katanya, “Maksudmu?” tanyaku mulai tak sabar dan mulai marah. “Sabar..bukankah kita sudah sepakat?” tanyanya tak memerlukan jawaban. “Kita tak pernah menyepakati apapun” jawabku protes dan emosi. “ Kesepakatan tak harus di ucapkan kan? Dan kau bilang kau harus mendapatkan ini” aku tak tau ini pertanyaan atau pernyataan untukku. “Sudahlah! Katakan saja maumu. Lalu kita selesaikan” kataku hampir berteriak. “Kenapa kau lakukan ini?”tanyanya sedikit rapuh. “Aku tak punya alasan” jawabku. “Kau harus punya” jawabnya tak mau kalah. “ Akan kukatakan kalau kau menemuiku disini. Sekarang!!” aku sangat kesal dan marah, hampir kubanting HP di genggamanaku. Terdengar hening di seberang sana..beberapa saat kami tak saling bicara. Aku mulai menguasai keadaan. Lalu bertanya padanya..”Kenapa?” “Aku tak tahu” jawabnya. “Begini saja…” tut..tut..tut… nada terputus. Tak terdengar apapun dari benda sialan ditanganku itu. Kupencet radial lagi. Tak ada nada sambung, yang terdengar hanya rekaman suara menyebalkan operator yang memberi tahu untuk menghubungi nomor itu beberapa saat lagi. Aku mencari sandaran.. lama tatapanku kosong. Lalu kuketik sort message :
Kita sama tahu semua sudah berubah. Kita tak perlu alasan apapun. Aku disini tak kemana. Kembali kesini dan hadapi semua. Kau tahu harus mencariku kemana
Message sent….
-The End-
NB:-Terinspirasi atas lembar ucapan terima kasih dari novel karangan Tamara Geraldine yang juga pernah kudengar dari seorang sahabatku. “kadang mengejar tujuan adalah dengan jalan berlari pulang” .
-Mungkin aku tak akan menemukan apapun disana, tapi disanalah aku mulai bermimpi..dan berharap disanalah kutemukan sisa mimpi-mimpiku.